Berita

Apple Dituding Gunakan Mineral Ilegal dari RDK untuk Produksi iPhone, Mac, dan Lainnya

296
Apple Dituding Gunakan Mineral Ilegal dari RDK untuk Produksi iPhone, Mac, dan Lainnya

Betang.id – Pemerintah Republik Demokratik Kongo (RDK) mengeluarkan tuduhan yang cukup serius terhadap Apple, perusahaan teknologi raksasa asal Amerika Serikat.

Mereka menuding bahwa Apple menggunakan mineral hasil eksploitasi ilegal dari wilayah Kongo untuk membuat produk seperti iPhone, komputer Mac, dan aksesoris lainnya.

Kelompok pengacara yang mewakili pemerintah Kongo telah mengirim surat resmi kepada CEO Apple, Tim Cook, beberapa hari yang lalu.

Dalam surat tersebut, Apple diberikan batas waktu tiga minggu untuk memberikan penjelasan tentang asal-usul material yang digunakan dalam perangkat buatannya.

“Dari hasil penelitian kami, sudah jelas bahwa Apple telah terlibat dalam penjualan teknologi yang menggunakan mineral yang diperoleh dari wilayah yang penuh dengan pelanggaran hak asasi manusia yang berat,” kata kelompok pengacara tersebut seperti dilaporkan oleh Washington Post.

Mereka mempertanyakan rantai pasokan yang digunakan Apple dan menyebut bahwa produk-produk Apple telah “tercemar oleh darah rakyat Kongo.”

Bagian timur Kongo adalah salah satu wilayah paling kaya akan mineral di dunia, tetapi juga sering kali menjadi sumber konflik sejak tahun 1990-an. Kondisinya kini semakin buruk dengan adanya kelompok bersenjata M23 yang beroperasi di wilayah tersebut.

Pemerintah Kongo menduga bahwa mineral-mineral seperti timah, tungsten, tantalum, dan emas (3TG) yang penting untuk komponen elektronik, diperoleh secara ilegal dan diselundupkan ke Rwanda sebelum dijual ke rantai pasokan global, termasuk Apple.

Kongo menuduh bahwa Rwanda telah mendanai dan memerintahkan milisi M23 untuk memperoleh kontrol atas wilayah timur Kongo dan menambang mineral secara ilegal.

Mereka juga mencatat bagaimana perusahaan-perusahaan teknologi, termasuk Apple, mengklaim mendapatkan mineral 3TG dari Rwanda padahal produksi mineral di negara itu sangat minim.

Tuduhan ini tentu saja berseberangan dengan laporan yang dikeluarkan oleh Apple dalam Conflict Minerals Report mereka.

Dalam laporan tersebut, Apple menyatakan bahwa tidak ditemukan bukti bahwa mitra smelter dan penyulingan mereka memiliki hubungan dengan kelompok bersenjata di Kongo.

“Kami tidak menemukan bukti yang jelas bahwa pabrik peleburan atau penyulingan mineral 3TG yang kami tentukan di rantai pasokan kami hingga akhir tahun 2023, mendanai atau memberikan keuntungan kepada kelompok bersenjata di RDK atau negara tetangganya,” ujar Apple dalam laporan mereka.

Namun, hal ini tidak memadamkan kecurigaan pemerintah Kongo terhadap praktik bisnis Apple.

Mereka menegaskan bahwa Apple harus memberikan penjelasan yang lebih terperinci tentang asal-usul mineral yang digunakan dalam produk-produk mereka.

Masih belum jelas bagaimana Apple akan merespons tuntutan pemerintah Kongo ini, namun tentu saja tuduhan ini bisa berdampak besar terhadap reputasi perusahaan teknologi terkemuka tersebut.

Exit mobile version