Game

Kontroversi Avowed: Art Director Sebut Gamer sebagai ‘Orang Gila’

Avatar of Yenni Arianti
153
×

Kontroversi Avowed: Art Director Sebut Gamer sebagai ‘Orang Gila’

Sebarkan artikel ini
Kontroversi Avowed: Art Director Sebut Gamer sebagai ‘Orang Gila’

Betang.id – Tim pengembang di Obsidian Entertainment tengah mempersiapkan peluncuran game terbaru mereka, Avowed, sebuah game dengan tema petualangan fantasi yang mengusung format First-Person Shooter (FPS). Namun, di tengah antusiasme menuju perilisan, sebuah pernyataan dari Art Director Avowed, Matt Hansen, menuai kontroversi besar di kalangan gamer dan publik. Hansen secara terbuka menyebut beberapa gamer sebagai “orang gila” melalui postingan di media sosialnya.

Apa yang Terjadi?

Melalui akun Bluesky, Matt Hansen mengungkapkan rasa frustrasinya terhadap kritik yang muncul terkait fitur penyebutan pronoun gender yang dimasukkan dalam Avowed. Kritik ini tak hanya datang dari komunitas gamer tetapi juga dari tokoh terkenal seperti Elon Musk. Musk dan sejumlah gamer mengomentari keberadaan fitur tersebut, yang dianggap sebagian pihak sebagai bagian dari agenda “woke” atau politisasi dalam video game.

Hansen menyebut bahwa reaksi berlebihan terhadap fitur pronoun ini tidak masuk akal. Ia bahkan secara eksplisit menulis bahwa gamer yang mempermasalahkan fitur tersebut adalah “orang gila” dan menantang mereka untuk menerima keberadaan elemen-elemen yang ia masukkan ke dalam game.

Isi Postingan Hansen di Bluesky

Dalam unggahannya, Hansen menyatakan:
“Saya benar-benar ingin membuat dia [Elon Musk] marah dengan game saya. Dan saya tidak bisa percaya hal ini benar-benar terjadi. Tunggu saja sampai lihat default-nya, kamu hanya omong kosong.”

Komentarnya yang keras ini langsung memicu reaksi luas di dunia maya. Banyak gamer yang merasa pernyataan tersebut kurang profesional dan dapat berdampak buruk pada reputasi game maupun tim pengembangnya.

Reaksi Komunitas Gamer

Kontroversi ini memancing berbagai tanggapan dari gamer. Sebagian besar menganggap sikap Hansen tidak hanya memperkeruh suasana tetapi juga berpotensi merusak penjualan Avowed. Beberapa bahkan membandingkannya dengan kegagalan sejumlah game sebelumnya yang dinilai terlalu sarat elemen politis, seperti Concord dan Forspoken.

Berikut beberapa komentar dari gamer:

  • “Bro secara pribadi telah membuat penjualan game ini turun dengan tidak ingin menyingkirkan hal-hal berbau ideologi politik dalam video game. Jika saya jadi kamu, saya akan langsung cari pekerjaan baru.”
  • “Game DEI=DOA akan meledak, tanya saja ke Concord, Dustborn, Dragon Age Veilguard, Unknown 0, Forspoken, dan lainnya.”
  • “Lmao, ada lagi game yang bakal flop.”

Dampak Terhadap Avowed

Kontroversi ini berpotensi memengaruhi popularitas dan penjualan Avowed di masa mendatang. Beberapa gamer sudah mulai mempertanyakan apakah Obsidian mampu menjaga fokus pada kualitas gameplay tanpa terlalu terpengaruh oleh isu sosial atau politik.

Fenomena “Woke” dalam Video Game

Isu seperti ini bukanlah hal baru di industri game. Banyak pengembang mencoba menghadirkan elemen inklusivitas dalam game, tetapi sering kali direspons negatif oleh sebagian gamer yang menganggap elemen-elemen tersebut sebagai upaya politisasi.

Namun, di sisi lain, pengembang memiliki hak kreatif untuk menentukan arah desain game mereka. Hal ini menciptakan dilema: antara memenuhi kebutuhan pasar yang luas dengan mempertahankan integritas artistik.

Kesimpulan

Pernyataan Matt Hansen jelas memicu polemik di kalangan gamer dan komunitas industri game. Meskipun inklusivitas adalah hal penting, cara penyampaian Hansen melalui media sosial mungkin dianggap kurang bijak oleh sebagian besar orang.

Bagaimana menurut Anda? Apakah tindakan Hansen dan keberadaan fitur pronoun gender di Avowed perlu dipermasalahkan? Atau, justru ini menjadi bukti bahwa industri game semakin berkembang ke arah yang lebih inklusif?